Label

Senin, 15 Juli 2013

PENGERTIAN DARI ADAT



1. ARTI ADAT
Kalau orang Minang ditanya adat itu apa, maka jawabannya sederhana saja. Peraturan hidup sehari-hari. Kalau hidup tanpa aturan bagi orang Minang namanya "tak beradat". Jadi aturan itulah adat, dan adat itulah yang jadi pakaiannya sehari-hari. Karena itu bagi orang Minang; duduk tagak beradat, makan minum beradat, berbicara beradat, berjalan beradat, menguap beradat dan batuk saja pun bagi orang Minang beradat. Aturan-aturan itu biasanya disebutkan dalam bentuk Pepatah-petitih, mamang dan bidal serta pantun. Contoh beradat itu misalnya :
Batanyo lapeh orak (lepas-lelah)
Barundiang sudah makan
Artinya : Kalau ingin bertanya kepada seseorang, tunggulah terlebih dahulu sampai yang bersangkutan hilang lelahnya.
Kalau ada tamu, orang Minang biasanya langsung menyuguhkan minuman. Sesudah rasa haus dan dahaga hilang, barulah ditanya apa maksud kedatangannya. Begitu pula kalau kita kedatangan rombongan tamu yang tujuannya sudah diketahui terlebih dahulu, misalnya untuk merundingkan pelaksanaan perkawinan maka tamu-tamu setelah diberi minum, kemudian diajak makan terlebih dahulu (biasanya makan malam). Setelah selesai makan malam, barulah diajak berunding mengenai pelaksanaan pekerjaan dan sebagainya. Beginilah kira-kira aturan yang dipakai dalam hal "bertanya" dan "berunding" menurut adat Minang.
Contoh lain misalnya :
bajalan ba nan tuo
Balayia ba nankodoh
Artinya : kalau kita mengutus suatu rombongan untuk berkunjung kepada keluarga lain guna menyampaikan hajat misalnya untuk meminang, atau bahkan untk melakukan perjalanan jauh misalnya; harus ada "Pimpinan" sebagai kepala rombongan.
Pimpinan itulah yang akan jadi "Pembicara" maupun menjadi Pemandu bagi semua pengikutnya atau rombongan itu. "Tuo" disini artinya orang yang sudah dianggap mengerti adat-istiadat kaumnya sendiri dan lebih-lebih sudah mengerti adat-istiadat orang lain yang akan didatanginya.
Jadi orang yang ditunjuk sebagai pemimpin rombongan ini adalah orang yang arif dan bijaksana sepanjang pengertian adat.
Orang yang arif dan bijaksana menurut adat istiadat sebagai berikut :
Nan tahu condong ka maimpok
Nan tahu lantiang ka manganai
Nan tahu jo ereng jo gendeng
Nan tahu jo baso basi

Tahu dibayang kato sampai
alun bakilek lah bakalam
Salayang ikan dalam aia
Lah jaleh jantan batinonyo.
Begitu juga dengan pengertian "Balayia ba nankodoh".
Yang harus dijadikan kepala rombongan itu haruslah orang yang sudah banyak makan garamnya penghidupan (pengalaman).
Tahu di angin na basiru
Tahu jo lauik nan sadidih
Tahu di karang nan balungguak
Tahu jo ombak nan badabua

2. TUJUAN ADAT
Kita tidak akan mengaji lebih dalam HIKMAH yang terkandung dalam setiap aturan itu, sebab apapun hikmah yang kita dapat, semuanya bermuara pada suatu kata kunci yaitu membentuk individu dan masyarakat yang berbudi luhur, apakah itu adat Jawa, adat Batak, adat Sunda, adat Minang muaranya atau tujuannya akhirnya sama. Yang berbeda hanyalah caranya sesuai dengan ajaran adat yang dianutnya.
Konsekuensi dari rumusan ini adalah bilamana terjadi suatu cara yang berbeda antara kita dengan suku lain, maka janganlah cepat mengatakan orang "tak beradat". Yang benar adalah "adatnya" yang berbeda dengan adat kita.

3. KLASIFIKASI ADAT
Sebagai perbandingan dapat kita lihatkan perbedaan BUDAYA antar bangsa. Orang Barat/Indonesia umumnya menganut paham "LADY FIRST", Bundo Kanduang yang utama, tapi orang Jepang menganut paham Kesatria, OTOKO NO ICHIBAN, prialah yang nomor satu.
Karenanya kalau naik mobil wanitalah yang naik kemudian, pria Jepanglah yang naik duluan. Kita jangan tersinggung melihat adegan yang demikian.
Begitu juga orang Minang kalau makan, Bapak-bapaknya dulu, "kami bialah kudian" kata ibu-ibu, tapi di tempat lain adalah "Lady First". Dalam hal yang demikian ini Adat Minangkabau mengajarkan :
Lain padang lain belalang
Lain lubuk lain ikannya.
Di sini kita akan menunjukkan bahwa "Adat Minang" sebenarnya tidak pernah komplikasi dengan adat lain manapun apalagi akan berkonfrontasi, sebab adat Minang mempunyai daya lentur yang amat tinggi yang memungkinkan ia hidup berabad-abad lamanya sampai sekarang. Namun demikian daya lentur (fleksibilitas) adat Minang itu mempunyai klasifikasi tersendiri, mulai dari yang agak kaku (rigid) sampai pada yang sangat luwes. Daya lentur ini dapat dilihat dari pembagian adat Minang yang dibagi 4 (empat) sebagai berikut :

a. Adat nan Saban Adat
Yang dimaksud dengan "adat sabana adat" adalah "Aturan Pokok dan Falsafah" yang mendasari kehidupan suku Minang yang berlaku turun temurun tanpa pengaruh oleh tempat, waktu, dan keadaan, sebagaimana dikiaskan dalam kata-kata adat :
Nan indak lakang dek paneh
Nan indak lapuak dek hujan
Paling-paling balumuik dek cindawan
"Adat nan Sabana Adat" ini merupakan Undang-undang Dasarnya Adat Minang (UUD-ADAT) yang tak boleh diubah. "Adat nan Sabana Adat" ini pada dasarnya berlaku umum di seantero "Ranah Minang" baik Luhak nan Tigo maupun di rantau.
Yang termasuk dalam ADAT NAN SABANA ADAT ini adalah :
1. Silsilah keturunan menurut jalur garis ibu yang lazim disebut garis keturunan Matrilinial.
2. Perkawinan dengan pihak luar pesukuan yang lazim dikenal dengan tata perkawinan Eksogami, dan suami yang bertempat tinggal dalam lingkungan kerabat isteri yang disebut Matrilocal
3. Harta pusaka tinggi yang turun temurun menurut garis ibu dan menjadi miliki bersama "sejurai" yang tidak boleh diperjual belikan, kecuali punah.
4. Falsafah "alam takambang jadi guru" dijadikan landasan utama pendidikan alamiah dan rasional dan menolak pendidikan mistik dan irrasional (takhyul).
Keempat hal tersebut diatas menurut kami termasuk dalam klasifikasi "adat nan sabana adat" yang daya lenturnya sangat kuat dan sulit digoyahkan. Tapi kalau sampai goyah, seluruh adat Minang pun akan rusak karena ke 4 hal tersebut di atas Tonggak Tuonya adat Minang.

b. Adat nan Diadatkan
Yang dimaksud dengan "Adat yang Diadatkan" adalah "Peraturan Setempat" yang diambil dengan kata mufakat, ataupun kebiasaan yang sudah berlaku umum dalam "suatu nagari".
Perubahaan atas "Peraturan setempat" ini hanya dapat dilakukan dengan permufakatan pihak-pihak yang tersangkut dengan Peraturan itu sesuai dengan pepapatah :
Nan elok dipakai jo mufakat
Nan Buruak dibuang jo hetongan
Adat habih dek bakarilahan
Adat nan diadatkan ini dengan sendirinya hanya berlaku dalam "satu nagari" dan karenanya tak boleh dipaksakan untuk juga berlaku umum di "nagari" lain. Yang termasuk dalam "Adat yang Diadatkan" ini antara lain mengenai tata cara, syarat-syarat dan upacara Pengangkatan Penghulu; tata-cara, syarat-syarat dan upacara Perkawinan, yang berlaku dalam tiap-tiap nagari.

c. Adat nan Teradat
Yang dimaksud dengan "Adat nan Teradat" adalah kebiasaan dalam kehidupan masyarakat yang boleh ditambah atau dikurangi dan bahkan boleh ditinggalkan, selama tidak menyalahi "landasan berpikir" orang Minang yaitu alua-patuik raso-pareso; anggo-tanggo dan musyawarah. "Adat nan Teradat" ini dengan sendirinya menyangkut pengaturan tingkah laku dan kebiasaan pribadi orang perorangan, seperti tata-cara berpakaian, makan minum dan seterusnya.
Dahulu misalnya para pemuda di kampung biasa memakai kain sarung; kini sudah terbiasa memakai celana; malah sudah dengan Blue-Jeans. Dulu stiap Muslim Minang pulang haji pakai saroban, sekarang sudah biasa pakai peci, malah sering tanpa tutup kepala. Dulu orang Minang, biasa makan dengan tangan-telanjang, kini sudah biasa pula memakai sendok garpu. Perubahan tata cara ini dianggap tidak melanggar adat.

d. Adat Istiadat
Yang dimaksud dengan Adat Istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu nagari yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat.
Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak nagari, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung.
Adat istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat. Bila sedang panen baik biasanya megah meriah, begitu pula bila keadaan sebaliknya.
Disamping pembagian 4 tingkat adat diatas, masih ada satu pengaturan adat yang bersifat khusus dan merupakan ketentuan yang berlaku umum, baik di ranah maupun di rantau.
Pengaturan itu adalah apa yang dikenal dengan Limbago Nan Sapuluah yang menjadi dasar dari Hukum Adat Minang.
Yang termasuk dalam Limbago nan Sapuluah ini adalah "Cupak nan Duo"; Undang nan Ampek dan Kato nan Ampek; yang menjadi patokan hukum yang berlaku di seantero ranah Minang.


PETATAH PETITIH MINANG KABAU








1. Anak nalayan mambaok cangkua, mananam ubi ditanah darek. Baban sakoyan dapek dipikua, budi saketek taraso barek.
Beban yang berat dapat dipikul, tetapi budi sedikit terasa berat.
2. Anak ikan dimakan ikan, gadang ditabek anak tenggiri. Ameh bukan perakpun bukan, budi saketek rang haragoi.
Hubungan yang erat sesama manusia bukan karena emas dan perak, tetapi lebih diikat budi yang baik.
3. Anjalai tumbuah dimunggu, sugi sugi dirumpun padi. Supayo pandai rajin baguru, supayo tinggi naikan budi.
Pengetahuan hanya didapat dengan berguru, kemulian hanya didapat dengan budi yang tinggi.
4. Alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati.
Sifat seseorang yang tegas bertindak atas kebenaran dengan penuh bijaksana
5. Tarandam randam indak basah, tarapuang apuang indak hanyuik.
Suatu persoalan yang tidak didudukan dan pelaksanaannya dilalaikan.
6. Anyuik labu dek manyauak, hilang kabau dek kubalo.
Karena mengutamakan suatu urusan yang kurang penting hingga yang lebih penting tertinggal karenanya.
7. Anguak anggak geleng amuah, unjuak nan tidak babarikan.
Sifat seseorang yang tidak suka berterus terang dan tidak suka ketegasan dalam sesuatu.
8. Alua samo dituruik, limbago samo dituang.
Seorang yang mentaati perbuatan bersama dan dipatuhi bersama.
9. Alat baaluah jo bapatuik makanan banang siku-siku, kato nan bana tak baturuik ingiran bathin nan baliku.
Seseorang yang tidak mau dibawa kejalan yang benar menandakan mentalnya telah rusak.
10. Alang tukang binaso kayu, alang cadiak binaso Adat, alang arih binaso tubuah.Alat baaluah jo bapatuik makanan banang siku-siku, kato nan bana tak baturuik ingiran bathin nan baliku.
Seseorang yang tidak mau dibawa kejalan yang benar menandakan mentalnya telah rusak.
11. Alah bauriah bak sipasin, kok bakiek alah bajajak, habih tahun baganti musim sandi Adat jangan dianjak.
Walaupun tahun silih berganti musim selalu beredar, tetapi pegangan hidup jangan dilepas.
12. Adat biaso kito pakai, limbago nan samo dituang, nan elok samo dipakai nan buruak samo dibuang.
Yang baik sama dipakai, yang buruk sama ditinggalkan.
13. Anak-anak kato manggaduah, sabab manuruik sakandak hati, kabuik tarang hujanlah taduah, nan hilang patuik dicari.
Sekarang suasana telah baik, keadaan telah pulih, sudah waktunya menyempurnakan kehidupan.
14. Anggang nan datang dari lauik, tabang sarato jo mangkuto, dek baik budi nan manyam buik, pumpun kuku patah pauahnyo.
Seseorang yang disambut dengan budi yang baik dan tingkah laku yang sopan, musuh sekalipun tidak akan menjadi ganas.
15. Anjalai pamaga koto, tumbuah sarumpun jo ligundi, kalau pandai bakato kato, umpamo santan jo tangguli.
Seseorang yang pandai menyampaikan sesuatu dengan perkataan yang baik, akan enak didengar dan menarik orang yang dihadapi.
16. Atah taserak dinan kalam, intan tasisiah dalam lunau, inyo tabang uleklah tingga, nak umpamo langgau hijau.
Seseorang yang menceraikan istrinya yang sedang hamil, adalah perbuatan tidak baik.
17. Aia diminum raso duri, nasi dimakan raso sakam.
Seseorang yang sedang menanggung penderitaan bathin.
18. Adaik rang mudo manangguang rindu, adaik tuo manahan ragam.
Sudah lumrah seorang pemuda mempunyai suatu idaman, dan lumrah seorang yang telah tua menahan banyak karena umurnya.
19. Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek pancarian.
Kebudayaan asli suatu bangsa dikalahkan oleh kebudayaan lain.
20. Adat dipakai baru, jikok kain dipakai usang.
Adat Minang Kabau kalau selalu diamalkan dia merupakan ajaran yang bisa berguna sepanjang zaman.
21. Basuluah mato hari, bagalanggang mato rang banyak.
Suatu persoalan yang sudah diketahui oleh umum didalam suatu masyarakat.
22. Baribu nan tidak lipuah, jajak nan indak hilang.
Satu ajaran yang tetap berkesan, yang diterima turun temurun.
23. Bariak tando tak dalam, bakucak tando tak panuah.
Seseorang yang mengaku dirinya pandai, tetapi yang kejadiannya sebaliknya.
24. Bajalan paliharolah kaki, bakato paliharolah lidah.
Hati-hatilah dalam berjalan begitu juga dalam melihat, sehingga tidak menyakiti orang lain.
25. Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang.
Setiap pekerjaan yang dikerjakan secara bersama.
26. Baguru kapadang data, dapek ruso baling kaki, baguru kapalang aja, nan bak bungo kambang tak jadi.
Suatu pengetahuan yang tanggung dipelajari tidak lengkap dan cukup, kurang bisa dimanfaatkan.
27. Bakato bak balalai gajah, babicaro bak katiak ula.
Suatu pembicaraan yang tidak jelas ujung pangkalnya.
28. Bapikia kapalang aka, ba ulemu kapalang paham.
Seseorang yang mengerjakan sesuatu tanpa berpengetahuan tentang apa yang dikerjakannya.
29. Bak kayu lungga panggabek, bak batang dikabek ciek.
Suatu masyarakat yang berpecah belah, dan sulit untuk disusun dan diperbaiki.
30. Batolan mangko bajalan, mufakat mangko bakato.
Dalam masyarakat jangan mengasingkan diri, dan bertindak tanpa mufakat.
31. Bak kancah laweh arang, bapaham tabuang saruweh.
Seseorang yang besar bicaranya, dan tidak bisa merahasiakan yang patut dirahasiakan.
32. Bak balam talampau jinak, gilo ma-angguak-anguak tabuang aia, gilo mancotok kili-kili.
Seseorang yang sifatnya terlalu cepat mempercayai orang lain, tanpa mengetahui sifat orang lain tersebut.
33. Bakarih sikati muno, patah lai basimpai alun ratak sabuah jadi tuah, jikok dibukakpusako lamo, dibangkik tareh nan tarandam lah banyak ragi nan barubah.
Karena banyaknya yang mempengaruhi kebudayaan kita yang datang dari luar, kemurnian kebudayaan Adat istiadat mulai kabur dari masyarakat.
34. Batang aua paantak tungku, pangkanyo sarang sisan, ligundi disawah ladang sariak indak babungolai. Mauleh jokok mambuku, mambuhua kalau manggasan, kalau budi kelihatan dek urang, hiduik nan indak baguno lai.
Seseorang dalam masyarakat yang telah kehilangan kepercayaan, karena tindakannya yang kurang teliti dalam suatu hal. Sehingga kehilangan kepercayaan terhadap dirinya.
35. Basasok bajarami, bapandam pakuburan, soko pusako kalau tadalami, mambayang cahayo diinggiran.
Kalau ajaran adat dapat didalami dan difahami, serta diamalkan oleh masyarakat, maka masyarakat itu akan menjadi tinggi mutunya.
36. Basasok bajarami, bapandam pakuburan.
Adalah syarat mutlak bagi satu nagari di Minang Kabau
37. Bapuntuang suluah sia, baka upeh racun sayak batabuang, paluak pangku Adat nan kaka, kalanggik tuah malambuang.
Kalau ajaran Adat Minang Kabau benar-benar dapat diamalkan oleh anggota masyarakat, maka masyarakat itu akan menjadi masyarakat yang tinggi peradabannya dan kuat persatuannya.
38. Bajalan batolan, bakato baiyo, baiak runding jo mufakat. Turuik panggaja urang tuo, supayo badan nak salamaik.
Hormati dan turuti nasehat Ibu Bapak dan orang yang lebih tua umurnya dari kamu, Insya ALLAH hidupmu akan selamat.
39. Barakyat dulu mangko barajo, jikok panghulu bakamanakan. Kalau duduak jo nan tuo pandai nan usah dipanggakkan.
Sewaktu duduk bersama orang tua, baiak orang tua umurnya dari kita, janganlah membanggakan kepandaian kita sendiri.
40. Bakato bapikiri dulu, ingek-ingek sabalun kanai, samantang kito urang nan tahu, ulemu padi nan kadipakai.
Seseorang yang pandai dalam hidup bergaul, dia selalu umpama padi berisi, makin berisi makin tunduk, bukan membanggakan kepandaian.
41. Banyak diliek jauah bajalan, lamo hiduik banyak diraso. Kalau kito dalam parsidangan marah jo duko usah dipakai.
Didalam duduk rapat dalam suatu persidangan, tidak boleh berhati murung, dan tidak boleh bersifat marah.
42. Biopari kato ibarat, bijaksano taratik sopan, pacik pitaruah buhua arek, itu nan ijan dilupokan.
Nasehat yang baik jangan dilupakan, pegang erat-erat untuk diamalkan.
43. Barieh balabiah limo puluah, nan warieh bajawek juo, kaganti camin gujalo tubuah, paukua baying-bayang maso.
Ajaran Adat kalau didalami dia akan dapat menjadi ukuran kemajuan zaman dibidang moral manusia.
44. Baitu barieh balabiahnyo, dari luhak maso dahulu, kok tidak disigi dipanyato, lipuah lah jajak nan dahulu.
Tentang Adat Minangkabau sebagai kebudayaan daerah kalau tidak dibina dan dikembangkan, maka hilanglah kebudayaan yang asli di Minang Kabau, karena di pengaruhi kebudayaan asing.
45. Buruak muko camin dibalah.
Seseorang yang membuat kesalahan karena kebodohannya, tetapi yang disalahkannya orang lain atau peraturan.
46. Banggieh dimancik, rangkiang disaliangkan.
Marah kepada satu orang tetapi semua orang yang dimusuhi.
47. Barajo Buo Sumpu Kuduih tigo jo rajo Pagaruyuang, Ibu jo bapak pangkanyo manjadi anak rang bautang.
Kesalahan seorang anak, akan banyak tergantung kepada didikan kedua ibu bapaknya.
48. Bak cando caciang kapanehan, umpamo lipeh tapanggang.
Seseorang yang tidak mempunyai sifat ketenangan, tetapi selalu keluh kesah dan terburu buru.
49. Bak lonjak labu dibanam, umpamo kacang diabuih ciek.
Seseorang yang mempunyai sifat angkuh dan sombong, sedang dia sendiri tidak tahu ukurannya dirinya.
50. Bak ayam manampak alang, umpamo kuciang dibaokkan lidieh.
Seseorang yang sangat dalam ketakutan, sehingga kehidupannya kucar kacir.
51. Bak caro tontoang diladang, umpamo pahek ditokok juo barunyo makan, urang-urang ditanggah sawah digoyang dulu baru manggariek.
Seseorang yang tidak tahu kepada tugas dan kewajibannya sehingga selalu menunggu perintah dari atasan, tidak mempunyai inisiatif dalam kehidupan.
52. Bak sibisu barasian, takana lai takatokan indak.
Seseorang yang tidak sanggup menyebut dan mengemukakan kebenaran, karena mempunyai keragu-raguan dalam pengetahuan yang dimiliki.
53. Bak baruak dipataruahkan, bak cando kakuang dipapikekkan.
Seseorang hidup berputus asa, selalu menunggu uluran tangan orang lain, tidak mau berusaha dan banyak duduk bermenung.
54. Bak manjamua ateh jarami, jariah abieh jaso tak ado.
Pekerjaan yang dikerjakan tanpa perhitungan, sehingga menjadi rugi dan sia sia.
55. Bak balaki tukang ameh, mananti laki pai maling.
Menunggu suatu yang sulit untuk dicapai, karena kurang tepatnya perhitungan dan harapan yang tak kunjung tercapai.
56. Baulemu kapalang aja, bakapandaian sabatang rokok.
Seseorang yang tidak lengkap pengetahuan dalam mengerjakan sesuatu, atau kurang pengetahuannya.
57. Bunyi kecek marandang kacang, bunyi muluik mambaka buluah.
Seseorang yang besar bicara tetapi tidak ada memberi hasil.
58. Baguno lidah tak batulang, kato gadang timbangan kurang.
Pembicaraan yang dikeluarkan secra angkuh dan sombong, tidak memikirkan orang lain akan tersinggung.
59. Bak bunyi aguang tatunkuik, samangaik layua kalinduangan.
Seseorang yang tidak bisa bicara karena banyak takut dan ragu dalam pendirian.
60. Bak itiak tanggah galanggang, cando kabau takajuik diaguang.
Seseorang yang sangat tercegang dan takjub dengan sesuatu, sehingga tidak sadarkan diri sebagai seorang manusia.
61. Bungkuak saruweh tak takadang, sangik hiduang tagang kaluan.
Seseorang yang tidak mau menerima nasehat dan pendapat orang lain, walaupun dia dipihak yang tidak benar sekalipun.
62. Bumi sampik alam tak sunyi, dio manjadi upeh racun.
Biasanya orang yang disebut dalam no.61 diatas menyusah dan menjadi batu penarung.
63. Bak umpamo gatah caia, bak cando pimpiang dilereng, iko elok etan katuju.
Sifat seorang laki-laki atau perempuan yang tidak mempunyai pendirian dan ketetapan hati dalam segala hal.
64. Basikelah anggan kanai, basisuruak jikok kanai, tasindoroang nyato kanai.
Sifat yang harus dihindarkan, seorang yang tidak mau bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
65. Budi nan tidak katinjauan, paham nan tidak kamaliangan.
Seseorang yang tidak mau kelihatan budi, dan selalu hati-hati dalam berbuat bertindak dalam pergaulan.
66. Bak basanggai diabu dingin, bak batanak ditungku duo.
Suatu pekerjaan yang sia-sia dan kurang mempunyai perhitungan.
67. Bak taratik rang sembahyang, masuak sarato tahu, kalua sarato takuik.
Seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan penuh ketelitian dan menguasai segala persoalannya.
68. Bak galagak gulai kincuang, bak honjak galanggang tingga.
Seseorang yang berlagak pandai dalam sesuatu, tetapi yang sebenarnya kosong belaka.
69. Bak ayam lapeh malam, bak kambiang diparancahkan.
Seorang yang kehilangan pedoman hidup serta pegangan, berputus asa dalam sesuatu.
70. Bak balam talampau jinak, gilo maangguak tabuang aia, gilo mancotok kili kili.
Seseorang yang mudah dipuji sehingga kalau telah dipuji bisa terbuka segala rahasia.
71. Bagai kabau jalang kareh hiduang, parunnyuik pambulang tali, tak tantu dima kandangnyo.
Seseorang yang keras kepala tak mau menerima nasehat orang lain, sedangkan dia sendiri tak memahami tentang sesuatu.
72. Bak umpamo badak jantan, kuliek surieh jangek lah luko, namun lenggok baitu juo.
Seorang yang tidak tahu diri, sudah tua disangka muda, ingin kembali cara yang muda.
73. Bak ma eto kain saruang, bak etong kasiak dipantai.
Suatu persoalan yang tidak berujung berpangkal dan tidak ada keputusannya dalam masyarakat.
74. Barundiang siang caliak-caliak, mangecek malam agak-agak.
Berbicaralah dengan penuh hati-hati dan jangan menyinggung orang lain.
75. Bak manungkuih tulang didaun taleh, bak manyuruakan durian masak.
Suatu perbuatan jahat walaupun bagaimana dia pandai menyembunyikannya, lambat laun akan diketahui orang lain juga.
76. Bilalang indak manjadi alang, picak-picak indak jadi kuro-kuro. Walau disapuah ameh lancuan, Kilek loyang kan tampak juo.
Setiap penipuan yang dilakukan dan ditutup dengan kebaikan, dia akan kelihatan juga kemudian.
77. Bak mandapek durian runtuah, bak mandapek kijang patah.
Seseorang yang mendapat keuntungan dengan tiba-tiba, yang tidak dikira pada mulanya.
78. Bagai sipontong dapek cicin, bak mancik jatuah kabareh.
Nikmat yang diperdapat sedang orang yang bersangkutan lupa dari mana asal mulanya,dan menjadikan dia lupa diri.
79. Bak kabau dicucuak hiduang umpamo langgau di ikua gajah.
Seseorang yang selalu menurut kemauaan orang lain, tanpa mengeluarkan pendapat hatinya.
80. Bak mamaga karambia condong, bak ayam baranak itiak.
Pengetahuan seseorang yang tidak dapat dimamfaatkan dan berfaedah bagi dirinya, tetapi menguntungkan kepada orang lain.
81. Bak mangantang anak ayam, umpamo basukek baluik hiduik.
Suatu masyarakat karena kurang keahlian sulit untuk disusun dan dikoordinir.
82. Bak mahambek aia hilia, bak manahan gunuang runtuah.
Mengerjakan suatu pekerjaan berat yang harus dikerjakan bersama, dikerjakan sendirian, dan tidak mempunyai keahlian pula tentang itu.
83. Bak mancari jajak dalam aia, bak mancari pinjaik dalam lunau.
Mencari sesuatu yang mustahil didapat, walaupun sesuatu itu ada.
84. Bak manatiang minyak panuah, bak mahelo rambuik dalam tapuang.
Suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan hati-hati dan teliti, karena memikirkan akibatnya.
85. Bak aia didaun kaladi, bak talua diujuang tanduak.
Sesuatu yang sulit menjaganya dalam pergaulan, kalau hilang atau jatuh hilang semua harapan, seperti kehilang budi dari seseorang.
86. Bak manggadangkan anak ula, umpamo mamaliharo anak harimau.
Seseorang yang didik dari kecil dengan ilmu pengetahuan, tetapi kelak setelah dia besar dibalas dengan perbuatan yang jahat.
87. Bak aia jatuah ka kasiak, bak batu jatuah ka lubuak.
Sesuatu persoalan yang diajukan, tetapi dilupakan buat selamnya, yang seharusnya perlu lu ditekel dengan segera.
88. Bak bagantuang di aka lapuak, bak bapijak didahan mati.
Seseorang yang mengantungkan nasib pada orang yang sangat lemah ekonomi dan pemikirannya.
89. Bak ayam indak ba induak, umpamo siriah indak ba junjuang.
Suatu masyarakat atau anak-anak yang tidak ada yang akan memimpin atau memeliharanya.
90. Bak malapehkan anjiang tasapik, bak mangadangkan anak harimau.
Seseorang yang ditolong dengan perbuatan baik diwaktu dia dalam kesempitan tetapi setelah dia terlepas dari kesulitan, dia balas dengan kejahatan.
91. Bak api didalam sakam, aia tanang mahannyuikkan.
Seseorang yang mempunyai dendam diluar tidak kelihatan, tetapi setelah terjadi kejahatan saja baru diketahui.
92. Bak tapijak dibaro angek, bak cando lipeh tapanggang.
Seseorang yang sifatnya tergesa-gesa, berbuat tanpa memikirkan akibat.
93. Bak maungkik batu dibancah, bak manjujuang kabau sikua.
Suatu pekerjaan yang sukar dikerjakan, dan kalau dikerjakan menjadi sia-sia, bahkan menimbulkan kesulitan.
94. Baban barek singguluang batu, kayu tapikua dipangkanyo.
Suatu pekerjaan yang dikerjakan tetapi tidak ada keuntungan materil yang diharapkan (sosial)
95. Bak kudo palajang bukik, umpamo gajah paangkuik lado.
Suatu pekerjaan bersama-samalah seorang dari orang yang berjasa dalam pekerjaan itu tidak diberi penghargaan sewajarnya.
96. Bak banang dilando ayam, bak bumi diguncang gampo.
Suatu kerusuhan dan kekacauan yang timbul dalam suatu masyarakat yang sulit untuk diatasi.
97. Bak baluik di gutiak ikua, bak kambiang tamakan ulek.
Seseorang yang mempunyai sifat dan tingkah laku yang kurang sopan dan tidak memperdulikan orang lain yang tersinggung karena perbuatannya.
98. Babana ka ampu kaki, ba utak ka pangka langan.
Seseorang yang mudah tersinggung dan mudah berkelahi karena hal kecil.
99. Baumpamo batuang tak bamiyang, bak bungo tak baduri.
Seseorang yang tidak mempunyai sifat malu dalam hidup, baik laki -laki dan perempuan.
100. Basilek dipangka padang, bagaluik diujuang karieh, kato salalu baumpamo, rundiang salalu bamisalan.
Pepatah, petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam Adat Minang Kabau, selalu mempunyai arti yang tersurat dan tersirat (berkias).
101. Bakato sapatah dipikiri, bajalan salangkah madok suruik.
Setiap yang akan dikatakan hendaklah dipikirkan lebih dahulu, sehingga perkataan itu tidak menyinggung orang lain.

102. Bajalan paliharolah kaki, maliek paliharolah mato.
Menurut adat berjalan dan melihat, bahkan setiap gerak dan perilaku hendaklah diawasi, jangan sampai merussak perasaan orang lain.

103. Bukik putuih rimbo kaluang, dirandang jaguang dihanggusi. Hukum putuih badan tabuang, dipandang gunuang ditangisi.
Seseorang yang berpantun diwaktu dia akan menjalani hukuman karena melawan penjajah Belanda.

104. Camin nan tidak namuah kabua, palito nan tidak kunjuang padam.
Ajaran Adat/Syarak di Minangkabau bagaimanapun tetap dicintai dan dihormati oleh masyarakatnya

105. Cadiak jan bambuang kawan, gapuak nan usah mambuang lamak, tukang nan tidak mambuang kayu.
Dalam pergaulan hendaklah bisa mempergunakan semua orang, jangan dengan jalan bertindak sendiri, walaupun cukup mempunyai kecerdasan.

106. Condong jan kamari rabah, luruih manantang barieh Adat.
Didalam pergaulan hendaklah mempunyai pendirian yang kokoh, dan selalu dijalan yang benar.

107. Cupak basitalago panuah, undang maisi kandak, bak kain pambaluik tubuah, paralu dipakai tak buliah tidak.
Adat dan Syarak di Minangkabau adalah dua ajaran yang mutlak dipakai dan diamalkan.

108. Capek kaki ringan tangan, capek kaki indak panaruang, ringan tangan bukan pamacah.
Sifat pemuda-pemudi yang terpuji dan dikehendaki oleh Adat dan agama di Minangkabau, yakni tangkas dan kesatria tetapi tidak melampaui kesopanan.

109. Cadiak malam biguang siang, gilo maukia kayu tagak.
Seseorang yang panjang angan-angan, tetapi satupun tak dapat dikerjakannya, rencana tinggal rencana, mempunyai sifat pemalas.

110. Cancang tadadek jadi ukia, kuah talenggang ateh nasi.
Suatu pekerjaan yang tidak terduga salah melaksanakannya, tetapi karena keahliannya dapat menjadi baik.

111. Cinto banyak parisau ragu, budi manunggu di ulemu, paham babisiak didalam bathin.
Sifat seseorang yang selalu mengelamun, tetapi tak berani melahirkan maksud hati.
112. Caliak anak pandang minantu, mato nan condoang ka nan elok.
Seorang ibu/bapak hendaklah mencari menantunya yang sesuai dengan anaknya.

113. Calak-calak ganti asah, pananti tukang manjalang datang, panunggu dukun manjalang tibo.
Seseorang yang dapat bertindak sementara tenaga yang diharapkan dan ditunggu datang, ( memberikan pertolongan pertama )

114. Cabua samo dibuang, usua samo dipamain.
Setiap kita harus menjauhi perbuatan cabul, dan selalulah mempergunakan informasi dengan sebaik-baiknya.

115. Dek ribuik rabahlah padi, dicupak datuak tumangguang, hiduik kalau tidak babudi, duduak tagak kamari tangguang.
Seseorang yang tidak berbudi pekerti yang baik maka hidupnya dalam masyarakat serba susah dan sukar mendapat teman.

116. Dicancang pua manggarik andilau.
Seorang membikin malu semua keluarga merasa malu.

117. Dimudiak tubo dilapeh, dihilia lukah mananti, ditanggah jalo takambang, dilua parangkok makan.
Suatu pekerjaan dalam masyarakat, atau suatu persoalan yang tidak dapat mengelakan diri dari padanya.

118. Dek ketek taanjo-anjo, lah gadang tabao-bao, lah tuo tarubah tido, sampai mati manjadi paranggai.
Setiap pekerjaan yang dibiasakan mengerjakannya semenjak kecil baik atau buruk, sukar untuk merobahnya, bahkan sampai mati tetap akan merupakan pakaian.

119. Dimano kain kabaju, diguntiang indaklah sadang, lah takanak mangko diungkai, dimano nagari namuah maju, Adat sajati nanlah hilang, dahan jo rantiang nan dipakai.
Kamajuan suatu negri di Minangkabau, tidak akan dapat dicapaidengan baik, kalaukiranya ajaran Adat diamalkan tidak sepenuh hati, atau tinggal sebutan.

120. Dalam aia buliah diajuak, dalam hati siapo tahu.
Manusia bisa mengetahui yang lahir, yang bathinnya dalam hati manusia hanya Tuhan yang mengetahuinya.

121. Dimano bumi dipijak, disinan langik dijunjuang, dimano sumua dikali disinan aia disauak, dimano nagari diunyi disinan Adat dipakai.
Ajaran Adat Minangkabau dapat diamalkan dimana saja, asal pandai menyesuaikan diri dengan masyarakat yang kita gauli.

122. Darah samo dikacau, dagiang samo dilapah, tanduak samo ditanam.
Meresmikan penggangkatan atau penobatan suatu jabatan didalam Adat seperti melantik penghulu.

123. Dihannyuik ka aia dareh, dibuang katah lakang.
Membuang segala sifat-sifat yang jelek dan meninggalkan segala perbuatan yang tercela, tidak ingin mengulang kembali.

124. Dibaok ribuik dibaok angin, dibaok pikek dibaok langgau, muluik jo hati kok balain pantangan Adat Minangkabau.
Lain dimulut lain dihati, tidak sesuai kata dengan perbuatan adalah larangan dalam Adat Minangkabau.

125. Dikaji Adat nan ampek, itu pusako tanah Minang. Nak tuah cari sapakaik, nak cilako bueklah silang.
Bersatu teguh dan kuat, bercerai dan berpecah belah adalah kelemahan dan kehancuran.
126. Ditiliak duduak hukum Adat, ateh bainah nan duo baleh. Sarintiak kudarat jo iradat, dikurasai soko mangko nyo jaleh.
Untuk memahami dan mendalami ajaran Adat dan filsafatnya perlu menghendaki ketekunnan dan mau memahami arti yang tersirat.

127. Diatua cupak nan duo, dikaji kato nan ampek, dalam tambolah tasuo, paham disinan mangko dapek.
Kalu untuk mendalami ajaran Adat dan filsafatnya jangan hanya sekedar menangapi arti lahir kata, tetapi perlu dipahami arti yang tersirat dibelakangnya.

128. Dibilang kato nan ampek, partamo kato pusako, sanang hati santoso tampek, disinan ado raso mardeka.
Kemerdekaan itu baru dapat dirasakan hasilnya apabila pembangunan dibidang kesejahteraan hidup dan tempat kediaman telah cukup dan selesai.

129. Dubalang kato mandareh, pagawai kato basipaik, antaro masin jo padeh, disinan raso mangkonyo dapek.
Setelah dibandingkan ajaran Adat Minangkabau dengan Adat Adat lain, maka disana baru jelas nilainya yang baik.

130. Dek rajin pandai nan datang, dek malu buruak tasuo, hari pagi mananti patang, insyaflah diri dengan tubuah.
Ingatlah didalam hidup, muda akan menjadi tua, tua akan kembali kepada asalnya yakni kembali kepada tanah.

131. Deta batiak basaluak timbo, pakaian bangsawan rang di Minang. Dek cadiak niniak nan baduo, dituka bantuak deta datang.
Kebijaksanaan yang baik yang dapat diamalkan dalam pergaulan hidup, menjamin hubungan baik sesama angota masyarakat yang datang dan yang menanti.

132. Dibukak buhua deta datuak, disamek kain saluak timbo. Kok gapuak lamak tak dibuang, dek pandai alam santoso.
Kebijaksanaan dalam pergaulan, pandai menyesuikan diri menimbulkan hubungan yang harmonis sesama anggota masyarakat.

133. Dibaliak pandakian ado panurunan, dibaliak panurunan ado pandakian.
Dibalik kesusahan ada kemudahan, dibalik penderitaan ada kesenangan.

134. Ditiliak barieh jo balabeh, jo papatah pakaian rang panghulu. Supayo budi samo marateh, nak tantu ruweh jo buku.
Kalau budi diamalkan dalam pergaulan, dapat menentukan seseorang baik dan buruk.

135. Didalam luhak nan tigo, untuak padoman dalam hiduik, kato kiasan didalamnyo, indaklah paham kok indak dirunuik.
Ajaran Adat Minangkabau banyak mengandung kiasan dan perumpamaan, tidaklah dapat dipahami kalau tidak benar didalami.

136. Dimaso tuo mangucambah, bukanlah tuo manyularo, sungguah kasumba alah merah tibo disago nan nyato bana.
Tentang sumber pepatah budi merah sago jadi pilihan, walaupun ada yang merah selain dari sago.

137. Dimano asa titiak palito, dibaliak telong nan batali, dari mano asa niniak moyang kito iyo dilereang gunuang marapi.
Orang Minang asal mula keturunannya ialah dilereng gunung merapi Pariangan Padang Panjang.

138. Diagak mangko diagiah, dibaliak mangko dibalah.
Setiap pekerjaan yang akan dikerjakan hendaklah dipikirkan semasak-masaknya, dan buatlah rencana kerja.

139. Elok baso tak katuju, baik baso tak manantu.
Seseorang yang kurang perhitungan dalam pergaulan terlalu royal dengan kawan.

140. Elok diambiak jo etongan, buruak dibuang jo mufakaik.
Didalam Adat setiap yang tidak baik, dibuang baik-baik dengan perhitungan dan musyawarah, begitupun yang baik perlu diambil dengan mufakat.

141. Elok sairiang jo juru mudi, elok saiyo jo sakato, kok pandai bamain budi, nan lia jinak malakok.
Kalau pergaulan dilengkapi dengan budi yang baik dan tinggi, segala kesukaran dapat diatasi.

142. Elok nan tidak mangalua, gadang nan indak mangatanggah.
Seseorang yang tidak berani mengeluarkan pendapatnya dalam pergaulan.

143. Elok bak karabang talua itiak, eloknyo tabuang juo, indak babaliak naik lai.
Orang pandai dan cerdik, tetapi tidak mempergunakan kepandaiannya dan kecerdasan untuk kepentingan orang banyak.

144. Elok tungkuih tak barisi, gadak agak tak manyampai.
Seseorang yang lagaknya seperti orang pandai terlalu jelimet tetapi tidak berhasil.

145. Elok nagari dek panghulu, elok tapian dek nan mudo, elok masajik dek tuanku, elok rumah dek bundo kanduang.
Baik suatu negari karena pimpinannya, begitupun Masjid, tepian karena pemuda pemudi yang tinggi budinya.

146. Faham insyaf faham nan haniang, faham sangko didoroang hati.
Keinsyafan yang sungguh datang dari hati akan menimbulkan kecintaan untuk berbuat kebaikan.

147. Faham sak barisi antah, faham waham bambao lalai.
Keragu-raguan karena kurang keinsyafan, ia akan membawa kepada kelalaian dalam suatu pekerjaan yang dilaksanakan.

148. Faham yakin ulemu tatap, ujuik satu pangang bunta.
Keyakinnan akan membawa ketetapan hati, dan tekun menghadapi sesuatu pekerjaan.

149. Faham arieh balawan banyak, faham cadiak maangan urang.
Mempunyai faham yang terlalu arief menimbulkan sak wasangka, dan cerdik yang tidak dengan pengetahuan akan selalu merugikan diri sendiri.

150. Faham waham mambao lalai, faham mati mangunyah bangkai.
Ragu membawa kelalaian, cemburu buta merugikan diri sendiri.
151. Gadang ombak caliak kapasianyo, gadang kayu caliak kapangkanyo.
Menilai seseorang jangan dari pakaiannya, tetapi nilailah dari pengetahuannya dan budi pekertinya.

152. Gadang buayo dimuaro, gadang garundang dikubangan.
Seseorang akan berkuasa dalam lingkungan dan bidangnya masing-masing.

153. Gadang sendok tak mambao, gadang suok tak manganyang, gadang antak indak lalu.
Orang yang besar bicara takabur dan sombong, biasanya tidak sebesar apa yang dibicarakannya yang dapat dibuatnya.

154. Gadang tungkuih tak barisi, gadang galogok tak bamalu.
Seseorang yang berlagak sombong dan angkuh biasanya dia kurang mempunyai rasa malu.

155. Galogok kuciang kanaiak, bak mancik palajang atah.
Seseorang yang senantiasa tergesa-gesa dalam setiap pekerjaan, tetapi hasilnya sangat mengecewakan.

156. Gadang tungkuih tak barisi, tungkuih elok pangabek kurang.
Seseorang yang bertampang pandai dan pintar, tetapi sebenarnya isi kosong dari segala-galanya.

157. Gadanglah aia banda baru, nampak nan dari mandi angin. Elok nan usang dipabaru, pado mancari ka nan lain.
Dari pada mencari sesuatu yang baru, lebih baik memelihara dan memperbaiki yang telah ada.

158. Gadiang tak ado nan tak ratak, tak ado mingkudu nan tak bagatah.
Sifat tersalah dan lupa itu adalah sifat bagi manusia, kecuali yang qadim hanya sifat ALLAH.

159. Gadang jan malendo, panjang jan malindih.
Kalau menjadi orang yang memegang kekuasaan jangan berbuat sekehendak hati.

160. Gadang kayu gadang bahan, ketek kayu ketek bahannyo.
Berbuatlah dalam masyarakat, baik berkorban dan bekerja sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

161. Gadang agiah baonggok, ketek agiah bacacah.
Setiap pembahagian dalam bersama hendaklah disesuaikan dengan hasi yang diperoleh.

162. Gayuang basambuik, kato bioso bajawab, himbau basahuti.
Kebaikan orang lain hendaklah dibalas dengan kebaikan dengan ikhlas dan jujur.

163. Gabak dihulu tando kahujan, cewang dilangiek tando kapaneh.
Ada suatu alamat dan tanda-tanda menunjukkan mara bahaya akan datang, atau kerusuhan akan terjadi.

164. Garuih tak namuah hilang walau nan luko lah sambuah bana.
Suatu kejahatan yang dibuat seseorang yang sulit dilupakan oleh orang banyak.

165. Geleang kapalo bak sipatuang inggok, lonjak bak labu dibanam.
Seseorang yang talen dan gagah yang dibuat-buat karena sombong dan angkuhnya.

166. Gadang maimpok, panjang malindieh, laweh nak manyawok.
Sifat seseorang berkuasa yang ingin memperbudak orang lain dalam segala hal.

167. Guruah patuih panubo limbek, pandan tajamua disubarang, tujuah ratuih carikan ubek badan batamu mangkonyo sanang.
Seseorang yang sakit karena cinta dan rindu kepada sesuatu atau kepada seseorang, dia akan sembuh kapan dapat bertemu atau tercapai yang dicintainya.

168. Gadih panagak ateh janjang, gadih pancaliak bayang-bayang.
Larangan bagi seorang anak gadis di Minangkabau.

169. Galundi disawah ladang, sarik indak babungo lai, budi kalau nampak dek urang, hiduik indak baguno lai.
Baik laki-laki atau perempuan kalau budi telah kelihatan dalam pergaulan, sulit untuk dipercaya buat selama-lamanya.

170. Gilo dimabuak bayang-bayang, gilo maukia kayu tagak.
Seseorang yang selalu hidup dalam khayalan tetapi tak mau berusaha.

171. Galang dicinto galang buliah, niaik sampai cinto basuo.
Seseorang yang memperoleh nikmat yang selama ini menjadi idamannya.

172. Habih sandiang dek bagesoh, habih miyang dek bagisia.
Pergaulan bebas antara muda dan mudi, akan menghilangkan rasa malu antara dua insan yang berlainan jenis.

173. Habih bisa dek biaso, habih gali dek galitik.
Pekerjaan yang dilarang oleh adat dan syarak akan merupakan kebiasaan mengerjakannya, kalau rasa malu telah hilang dari diri seseorang.

174. Hati gajah samo dilapah, hati tunggau samo dicacah.
Rasa social dalam hidup bergaul, harus melaksanakan pembahagian keuntungan dengan adil melihat kepada keuntungan yang diperoleh sesuai dengan usaha masing
masing.

175. Hawa nan pantang karandahan, nafasu nan pantang kakurangan.
Nafsu itu seperti lautan tak penuh karena air dan sampah.
176. Hanyuik sarantau sagan badayuang, karano tidak mambao galah. Kanan jo kiri tak malenggong, mudharat mamfaat tak takana.
Seseorang dalam pekerjaannya tidak memikirkan kerugian dan kesakitan orang lain.

177. Hati ibo mambao jauah, sayang dikampuang ditinggakan, hati luko mangkonyo sambuah, tacapai niaik jo tujuan.
Seseorang yang rajin berusaha untuk mencapai cita-citanya, dia belum merasa puas kalau belum dapat dicapainya.

178. Hujan batu dikampuang kito, hujan ameh dikampuang urang, walau bak mano misikin misikin awak, bacinto juo badan nak pulang.
Kecintaan seseorang kepada kampung halaman tumpah darahnya, walau senang badan dirantau orang namun kampung teringat juga.

179. Harok diburuang tabang, punai ditangan dilapehkan.
Seseorang yang mengharapkan sesuatu yang belum tentu didapatnya, tetapi dia telah membuang apa yang dimilikinya.

180. Hari sahari diparampek, hari samalam dipatigo.
Seseorang yang pandai mempergunakan waktu dalam hidupnya.

181. Hutang lansai dek babaia, ketek utang dek angsuran.
Hutang wajib dibayar, dan dia akan bertambah kecil kalau tetap diangsur membayar.

182. Hulu baiak pandai batenggang, hulu malang salah galogok.
Seseorang akan bahagia kalau pandai bertengang dalam hidup, tetapi bahaya mudah terjadi kalau tidak mempunyai perhitungan.

183. Haniang saribu aka, pikia palito hati.
Seseorang yang tenang dalam menghadapi kesulitan akan mudah mengatasi kesulitan karena pikiran itu pelita hati.

184. Hukum jatuah sangketo sudah, dandam habih kasumat putuih.
Terciptanya perdamaian dalam masyarakat.

185. Habih dayo badan talatak, habih paham aka baranti.
Berusahalah sejauh kemampuan yang ada pada kita dalam masyarakat.

186. Hilang raso jo pareso, habih malo jo sopan, hewan babantuak manusia.
Kalau raso pareso telah lenyap dari seseorang, walaupun hilang sendirinya, bukan disebut manusia lagi, tetapi hewan yang berbentuk manusia.

187. Hari baiak dibuang-buang, hari buruak dipagunokan.
Seseorang yang senang tiasa membuang waktu yang baik, dan memakai waktu yang banyak untuk hura hura.

188. Iduik batampek, mati bakubua, kuburan hiduik dirumah tanggo, kuburan mati ditangah padang.
Seseorang harus mempunyai tempat kediaman, dan kalu mati perlu dikuburkan.

189. Inggok mancakam batang, tabang manumpu dahan.
Perpindahan masyarakat dari suatu negeri kenegeri lain, diperlukan penyesuaian diri dengan masyarakat yang ditempati.

190. Ingek-ingek sabalun kanai, bakulimek sabalun habih.
Dalam bergaul perlu ada kehati-hatian jangan sampai berbuat kesalahan.

191. Iman nan tak buliah ratak, kamudi nan tidak buliah patah.
Ke-Imanan harus dijaga jangan sampai tergelincir, dan kemudian harus dijaga jangan sampai patah, karena kedua-duanya menjadikan karam seseorang dalam kehidupan dan kehilangan pedoman.

192. Isi kulik umpamo lahia, gangam arek pagangan taguah.
Sesuaikanlah kata dengan perbuatan, dan itulah yang harus diamalkan didalam hidup.

193. Indomo di Saruaso, Datuak Mangkudun di Sumaniak, sabab anak jatuah binaso, ibu bapak nan kurang cadiak.
Kemelaratan dan kesesatan seorang anak adalah disebabkan kelalaian kedua orang ibu bapaknya.

194. Ilang tak tantu rimbonyo, hanyuik tak tantu muaronyo.
Sesuatu persoalan yang tidak tentu penyelesaiannya dan hilang begitu saja.

195. Jalan dialiah dek rak lalu, cupak dipapek dek rang manggaleh.
Secara tidak disadari kebudayaan asli kita dipenggaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat asing.

196. Janji biaso mungkia, titian biaso lapuak.
Peringatan agar jangan mudah berjanji dengan seseorang, hendaklah dikuatkan kata-kata InsyaAllah.

197. Jan dicampuakan durian jo antimun, jan dipadakekkan api jo rabuak.
Selalulah hati-hati terhadap pergaulan muda mudi, karena pergaulan bebas akan mengakibatkan rusaknya moral antara keduanya.

198. Jan taruah bak katidiang, jan baserak bak anjalai.
Setiap yang akan dikatakan hendaklah dipikirkan terlebih dahulu, karena lidah tidak bertulang, membicarakan orang lain.

199. Jauah nan buliah ditunjuakkan, dakek nan buliah dikakokkan.
Sesuatu bukti dan keterangan yang dapat dikemukakan dan ditunjukkan dengan nyata.

200. Jalan pasa nan kadituruik, labuah goloang nan kaditampuah.
Selalulah kita berbuat dan bertindak atas kebenaran dan menurut undang-undang yang berlaku.